Seuntai Simfoni



          “Haduh,panasnya suasana hari ini.”,kata salah satu anak muda yang tengah duduk bersandar dibangku kelas XII SMU Mutiara Bakti sembari mengipas-ngipaskan topinya.Peluh keringat bercucuran membasahi wajahnya yang berkulit sawo matang,lumayan manis ini.Lagaknya memang agak misterius,dan sombong.Namun disisi lain dia juga berhati baik.Gayanya yang terkesan gaul itu,membuat siswi SMPN 01 Mutiara banyak yang tertarik dengannya.Namun tak satupun ada yang mampu menarik hatinya.Terkadang dia suka melamun dan terlihat bermuka masam jika sedang menyendiri.Anak muda yang lumayan tinggi dan bertubuh agak kekar ini,sangat menyukai musik.Baginya musik adalah alunan simfoni yang indah,jika hidup selalu diiringinya.
          Ketika dia sedang duduk santai,dan mulai melamun tibalah seorang teman laki-laki yang mengagetinya dari belakang.sambil berdiri,dan menikam pundaknya erat-erat.
”Lana.........!”,teriaknya dengan lantang.Lana menganggukkan kepala dengan tidak sengaja,sambil melepaskan kedua tangannya yang ditempelkan keperutnya.
          “hhh..,Ha.........!”,terdengar reflek dari Lana terkejut mendengar suara temannya dari belakang.Kemudian sedikit menghembuskan nafas lega,dan menengok kebelakang.
“Wah,ternyata kamu Ar!Kukira siapa.”
“Ha...ha,kaget ya?”
“Sedang apa sih kau ini ku lihat-lihat dari tadi kok melamun saja.Apakah ada yang membebani pikiranmu kawan?”,tanya temannya dengan muka penasaran dan menyambar bangku yang ada didekat Lana dan segera duduk mentap muka Lana.
          Lana tak membalas tatapan muka Ardi,namun dia malah menundukkan kepala dan mengepalkan jarinya.Seketika diusap-usapkan jarinya untuk menghilangkan peluh yang menetes dijidatnya.Dengan gayanya,itu Ardi merasa lebih penasaran dengan teman yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri.
          “Ya sudahlah kawan,tidak apa-apa kalau kamu memang nggak mau cerita sama aku.”,kata anak semata wayang itu dengan nada yang terdengar bijaksa“Kutinggal dulu ya?”,seketika dia berdiri dan minta ijin ke Lana untuk pergi entah kemana.
          Lana hanya mengangguk-nganggukkan kepala sambil sebentar menoleh kearah Ardi.Dan kembali lagi menundukkan kepala,untuk merenungkan sesuatu entah itu apa.Dalam benaknya ia,hanya teringat sosok yang keras,gagah perkasa,dan penuh tanggung jawab sedang mengemban amanat besar bak seorang pahlawan yang tangguh.Kemudian teringatlah kepada seorang Ayah yang tiada pernah dia tau batang hidungnya mulai hidup di bumi,sampai sekarang duduk dibangku SMP.”Alangkah indahnya,mempunyai keluarga yang lengkap.”,gumamnya dalam hati sanubari.
          Karena kini ia hanya hidup bersama Ibu dan kedua adiknya.Hidup ini memang sulit dan kejam baginya setelah usaha Ibunya untuk menafkahi dia dan kedua adiknya dengan memimpin sebuah perusahaan menjadi bangkrut.Semenjak itu,hidup mereka menjadi lebih susah.Karena untuk mencari sesuap nasi saja,terasa sulit untuk mereka.Yang sebelumnya hidup dalam kemewahan dan serba berkecukupan itu.
          Sekian lama merenungi seorang Ayah yang diidam-idamkan dan hidup selayaknya kembali memubat hati Lana sangat miris.Sambil dipandanginya foto salah satu pejuang sekaligus Bapak Presiden pertama RI,yaitu Ir.Soekarno.Dengan mengangkat kepalanya dan mengarahkan konsentrasi dan pikirannya menuju foto yang sudah lapuk dan kian berdebu.Dibingkai dengan ukiran kayu bingkai foto yang terlihat kusam dengan kayunya yang sudah lapuk.Memberikan kesan tersendiri untuk gambar pada bingkai tersebut.Hitam putih warnanya,melambangkan begitu dalam hidup yang dialami ketika masa perjuangan bangsa Indonesia.Dan dilapisinya foto itu dengan sampul plastik yang agak tebal.Namun sebagian telah robek dan banyak debunya.Menambahkan suasana panas yang lengkap dengan desiran debu yang menyambar disekitar Lana berada.
          Pikiran Lana hanya tertuju pada satu obyek tersebut.Dipandanginya dari sekian lama tadi fotoIr.Soekarno dengan mata yang lelah dan agak memerah.Mulutnya melongo,terkejut melihat gambar  beliau yang mampu berdiri tegak ditengah hidup yang kejam kala itu.Tangan kanannya yang menyangga dagu,memberikan kenyamanan dalam merenungi setiap butiran debu yang melintas disisi foto yang dipandanginya.Dengan posisi,duduk yang rapat masih fokus pada satu foto.
          Sedangkan tangan kirinya yang semula membawa topi sambil dikipas-kipaskan ketubuhnya.Tiba-tiba berhenti,dan terjatuh topi yang dia pegang.Seperti orang yang tidak sadar akan apa yang sebelumnya ia lakukan.Tangan kirinya,menggantung dibangku tempat duduknya.
          “Wusssss...,!!!”,terdengar suara desus angin yang keras menyambarnya.Tiba-tiba keadaan yang mulanya sunyi berubah menjadi gaduh dan penuh tanda tanya dibenak Lana.Seketika semuanya berubah,Lana sekejap menjerit dengan lantangnya.”Aaaa...,tolong aku!”.Entah mengapa,posisi Lana sekarang seperti orang yang terjerumus dalam suatu lubang besar.Anehnya,setelah jatuh ke lubang itu.Lana melihat ada suatu kehidupan yang penuh dengan perjuangan.Ya,itulah yang dialaminya sekarang.Hidup lagi pada zaman sebelum kemerdekaan bangsa ini.
          Langkah demi langkah membawanya menelusuri jalan yang terang benderang,yang disinari oleh sang mentari.Begitu juga terdengar suara orang-orang terdahulu yang sibuk bekerja.Ada yang akan membangun jembatan,berdagang,dan herannya hanya kaum wanita yang tak boleh keluar rumah untuk bekerja.”Hmmmss…..,kehidupan apa ini?”
“Kehidupan yang tak adil,apa mungkin ini kehidupan perjuangan?”
“Ah…,tidak mungkin.Tidak mungkin aku kembali dalam masa yang pahit itu.”,gumamnya lirih dalam hati.Dia adalah anak yang sangat peduli dengan segala situasi dan kondisi yang ada.Serta diapun,tak mudah percaya bahwasanya dia kembali dalam masa perjuangan.Namun dengan kegigihanya dia tak punyai rasa putus asa dalam mencari apapun yang ia inginkan.Ketika itu,dia tetap berjalan sambil memandangi segala benda yang ada disekitarnya.Banyak benda yang bersifat dahulu,mungkin ini milik bangsa terdahulu yang ditindas oleh negara penjajah.Baju-baju yang lusuh,dan kendi yang berisi seteguk air untuk minum.Kemudian dilihatinya juga suatu bangunan tua yang biasa disebut loji/rumah peninggalan orang Belanda.Rumah ini terlihat sangat kuat,kokoh,berdiri tegak diantara rumah lain yang kecil dan reot.
          Dengan dipenuhi,rasa penasaran yang tinggi tanpa pikir panjang ia mencoba memasuki bangunan tua itu.Ia berlari menuju rumah itu.Sampailah dia,didepan pintu rumah tersebut.Keadaan pintu masih tertutup rapat,dan seperti tidak ada penghuninya.”Apakah aku langsung saj masuk?”
“Ah…,tapi akau nggak mau pemilikya marah.”,Lana kebingungan untuk memutuskan hal ini.Dengan berjalan mondar-mandir sambil berpikir dan tak lupa menggaruk-garukkan tangannya dikepala.Seketika dia tersadar,bahwa ia tidak memakai seragam sekolah lagi.Namun sekarang,ia sedang mengenakan pakaian adat Jawa.Dan dikepalanya ada sebuah topi Jawa/blangkon coklat yang tampak melingkar dan baik dipandang.
          “Ha…,kok aku jadi begini?”
          “Berarti aku benar-benar ada dijaman perjuangan dong?”,tanyanya kembali dalam hati.Seketika Lana meraba-raba pakaian yang dikenakanya itu.Muncullah noni-noni Belanda yang membukakan pintu Lana.”Kreeek…..!”,terdengar suara pintu yang dibuka dari dalam.”Hai,you siapa?”
“Ada apa you kemari?”,tanya wanita nampak cantik nan anggun ini sambil mengenakan pakaian long dres model orang Belanda.Berdiri tegak dihadapan Lana,dengan gayanya memegangi rambut coklat keritingnya.Tangan kanannya,menyandar ditembok yang ada didekatnya.Seolah ia bersifat manja,dan sinis.Raut wajahnya tampak sadis,terlihat dari tatapan matanya yang tajam.
          Lana,hanya terdiam memandanginya.Namun Si noni Belanda itu tetap mengawasi gerak-gerik Lana.Lana terkesan sedih,lesu dan lemas.Dan Noni Belandapun,mengalihkan pandangannya diluar rumah.Seketika Lana,berlari masuk kedalam rumah Noni Belanda,dengan tipu muslihatnya,ia mampu bersembunyi ketika dikejar Noni itu.”Srrreeet....!”,suara langkah kaki Lana terdengar keras.
          “Hai,anak muda jangan lari kau ya!”,dengan tergopoh-gopoh Noni Belanda mengejar Lana sambil menarik-narik ke atas rok panjang yang nampak anggun dipakainya.Semilir angin yang ikut masuk mengiringi langkah larinya,mengibas-ngibaskan rambut merah kecoklatan yang keriting itu.Kegemetaran jantung Lana,mencoba tetap berlari sambil mengamati setiap sesuatu yang ada di rumah loji tersebut.Terseret-seret suara pintu yang terbuka lebar,menambah susana yang menegangkan ini.Dan jendela yang tidak terima dengan orang asing yang masuk dalam rumah,bersuara keras sembari menempel didinding.”Tok...tok..!”
          Dijumpainya,sebuah bambu runcing yang tajam dan tua dibalik tembok kejaran Noni Belanda.Lana berlari muju ruang bawah tanah,sambil dipegang serta dibawanya erat-erat senjata milik rakyat Indonesia tersebut.”Hhhh...hah..hah..!”,terdengar suara nafas Lana yang tersengal-sengal sembari kepalanya menengok kebelakang melihat kejaran Noni Belanda.Tangga demi tangga ia turuni,dan ia lewati gelapnya ruang bawah tananh yang dipenuhi dengan sarng laba-laba dan banyak tikus,serta kecoak yang menyerang kakinya.
          Tanpa ia sadari,banyak kecoak yang menyelimuti kedua kakinya yang tak memakai alas kaki itu.”Aaaa......!”,begitu lantang suaranya.Tiba-tiba dia merasa terdorong oleh sesuatu,dan masuk dalam lubang besar yang dalam bersama bambu runcing yang senantiasa ia jaga.Kemudian jatuhlah ia,pada sebuah tempat berbentuk segi empat yang didalamnya terdapat banyak rakyat yang terpenjara menderita.”Brrruuuk....!”
“Aduhhhh....sakit!”,terlepaslah blangkon yang ia kenakan dengan rapi dari tempurung kepalanya.Entah kemana blangkon itu,Lana mencari blangkon disekitar tempat ia terjatuh,namun tak ada satupun jejak bundar blangkon yang menemani setiap langkah petualangannya.Dia,hanya kebakaran jenggot dan meraba-raba lingkungan sekitar yang penuh dengan jeritan dan tangisan.”Aku tak sanggup Ya Allah,melihat mereka mati kelaparan disini.Apa yang harus kulakukanYa Rob?”,tanyanya sedih dalm hati kecilnya.Tubuhnya terpaku lemas menyandar ditebok yang mulai runtuh,dan tangannya memegang perut buncit,serta bibirnya kering kerontang dalam dekapan mulut hitamnya.Pakaian compang-camping yang membuat iba Lana,dan rambut gimbal yang mulai merapuhkan kehidupan bangsa ini.Mereka hanya dianggap sebagai sampah masyarakat bagi negara penjajah.Lana kebingungan,untuk menutupi rasa sedih yang kian mendalam.Mondar-mandir,saja sekarang yang dilakukan Lana sambl,berpikir keras bagaimana mengeluarkan rakyat ibu pertiwi dari hidup yang amat kejam kini.Diusap-usapkannya,tetes air mata yang turun dari mata membanjiri pipi perjaka yang hidup penuh kekosongan ini.
          “Tolong,akkkkrrr.........!”,terdengar salah satu teriakkan dari laki-laki yang berada disudut sebelah kiri ruangan berbentuk segi empat ini.Matanya yang mulai sayu,dan perutnya yang mulai merasakan kelaparan membuat Lana semakin terharu biru oleh keadaan yang pahit ini.Sesekali,Lana membuang muka karena tak sampai hati mau melihat keadaan orang tersebut.Namun,dia berusaha menerima segala keadaan yang ada.
          Karena ikut merasakan mirisnya keadaan,Lana lupa bahwa senjata bambu runcing yang ia bawa sekarang telah musnah entah kemana.Dan Noni Belanda itu,bagaikan angin yang sekilas mampir dan pergi entah kemana.Tanpa ada sebab yang jelas.”Loh,dimana bambu runcingnya?”,seketika ia teringat oleh senjata bersejarah dari bangsa ini.Kemudian dicari-carinya,benda tersebut.Namun tak urung jua,bertemu dengannya.Sudah,berbagai sudut ruangan ia telusuri dan ia mulai menaiki tangga menuju ruang atas.Tak ada juga benda  panjang ,kecil itu.Karena terasa lelah,pada petualangan hari ini.Tanpa ia sadari,dia tertidur didepan gerbang penjara rakyat Indonesia.”Hrroook.....!”,suara lirih yang diiringi oleh hembusan nafas-nafas dari rakyat yang menderita berasal dari mulut Lana ketika ia tidur.Wajah yang nampak segar sebelumnya,dan badan yang terlihat sehat sekarang seperti tak ada tulangnya.Terkulai lemas dialas kayu dan bambu yang mulai retak.
          Datanglah cahaya putih,yang bersinar kearah Lana.”Ada apa ini......?”,tanya Lana kebingungan,sembari bangun dari tidurnya dan mencoba duduk bersandar ditembok kayu rapuh itu.Cahaya putih,itu menyilaukan mata merah Lana.Lana langsung melindungi matanay dengan tutupan rapat kedua tanganya.Akhirnya cahaya itu berbelok ke kanan menuju penjara rakyat Indonesia.Seketika Lana tak mau ketinggalan,sambil mengendap-endap ia mengikuti cahaya tersebut.Ternyata cahaya tersebut mengarah pada pintu gerbang penjara yang ditutup rapat-rapat oleh algojo Belanda.Dan terjatuhlah senjata bambu runcing dari kilauan cahaya suci itu,tepat pada rankulan kedua tangan Lana.Seakan Lana,mendapat petunjuk dari Allah SWT.Tanpa ia sadari,langkah kakinya berjalan menuju pintu gerbang penjara dan tangannya selalu membawa bambu runcing.”Bissmillahhirrohmanirrohim.....!”,kata Lana sebelum me lancangkan bambu runcing pada gembok kunci pintu gerbang penjara.Dan Alhamdullilah,pintu terbuka lebar.Beribu rakyat yang menderita segera keluar dengan penuh rasa syukur dan senyuman yang menghiasi langkah-langkah kakinya.Lanapun ikut tersenyum bahagia,ketika ia melihat keadaan haru biru itu semakin lengkap karena salah satu laki-laki berperawakan tinggi,besar yang ada dibelakangnya adalah Ayahandanya sendiri.”Ayah....!”,panggil anak sulung itu dengar lantang kepada orang yang selama ini dirindukan kasih sayangnya.
          Begitupun Sang Ayah menjawab dengan penuh kegembiraan,”Lana....!”.Kedua Ayah dan anak itu,mendekat dan berpelukan sambil meneteskan air mata masing-masing.”Terima kasih anakku kau telah bebaskan Ayah.”
“Namun Ayah tak bisa selamanya denganmu,karena Ayah harus pergi.”,kata laki-laki dewasa ini,dengan nada bijaksana.
          “Kenapa Yah?”
          “Lana masih ingin lebih lama dengan Ayah.”,bisik anak laki-laki yang terkesan sangat membutuhkan Ayahnya itu.
          Tiba-tiba,badan Ayahnya menghilang dan tak ada sisa sedikitpun bayangan yang akan selalu dirindukan Lana.Bambu runcing itu,jatuh.Karena Lana,tak mampu menahan duka tangisan kepergian Ayahnya.Dia bersimpuh meratapi nasibnya.
          Sekejap ia memejamkan matanya,kemudian ia terbangun dari tidurnya.Dalam keadaan serba gelap dan sunyi.Dia ada disebuah tanah lapang,entah ini apa.”Astaghfiruwloh...!”,Lana terkejut karena dilihatnya ada sebuah nisan yang bertuliskan nama Ayahnya.”Ternyata,ini alasanya Ayah meninggalkan aku.”,kata anak sulung itu,yang masih mengingat kejadian dimana terakhir bertemu dengan Ayah tercintanya.Ia berdo’a kepada Sang Ilahi.Agar suatu saat mereka bisa bertemu kembali,disurga yang telah Sang Khalik janjikan.Dielus-eluskannya,nisan putih yang nampak sedikit debu yang menempel menemani deraian air mata Lana.Sudah larut malam ia berada di kuburan sendiri,ia memberanikan diri untuk bergegas pulang.Dengan melewati gang kecil kuburan,suasana sunyi sepi tanpa ada sedikit suarapun mengiringi derap langkah kakinya yang tergesa-gesa.
          Sesampainya didepan pintu rumah yang belum tertutup.Karena Ibunya menunggu kepulangannya,sampai tertidur disova depan.Sejenak berhenti sambil memandangi raut wajah Ibunya,kemudian Lana mengambilkan selimut untuk Ibunya.Dia seketika tersenyum meliat Ibunya,yang sangat sayang padanya.Bergeraklah Lana menuju kamar yang menunggu kepulangannya juga.Dia melihat dan diambilnya,sepucuk surat diatas taplak hijau kamarnya.Perlahan-lahan dibukanya,dengan tangan gemetar.
          “Itulah sepenggal dari pengalaman hidup seorang sahabatku yang selalu berjuang untuk hidup bersama keluarganya,meski tanpa seorang Ayah.”
“Segala kiasan menegangkan ia hadapi ketika ia tertidur di uburan Ayahnya.”
“Ayahnya,adalah seorang pejuang negara ini.Aku hanya bisa mendoakan semoga arwahnya diterima disisiNya.Amin!”
“Ku buat cerita ini,semata-mata untuk kenangan kita kawan.Karena setelah lulus aku akan pergi menlanjutkan study di Yogyakarta.”
“Semoga kau,selalu kuat dari segala macam cobaan hidup.”
Sahabatmu Ardi
          “Aku sangat senang mempunyai sahabat yang sangat peduli terhadapku.Semoga kelak kita akan bertemu”,bisik Lana mengenang hari-hari bersama sahabat karibnya itu.Yang terakhir kalinya ketika dibangku SMU Lana tidak menggapnya dan dia malah melamun.”Sekarang mentari mulai bersinar,saatnya aku bekerja mengais rezeki untuk Ibu dan kedua adikku kawan.”,kata Lana sembari menaruh surat dari Ardi.Dan bergegas,keluar dari kamarnya.Agar tidak kembali terlarut dari rasa rindunya kepada Alm.Ayahnya dan sahabat karibnya.
Oleh:Auliya SM
Biodata :
Nama           :  Auliya Sartika Maharani
Kelas           :  IX D
Sekolah       :  SMPN 1 Boyolangu
Alamat         :  Desa.Ngranti,Kecamatan.Boyolangu,Kabupaten.Tulungagung
No.hp           :  083846075494


















Puisi


Alam Siboyku


Hijau nan segar nuansamu
Subur nan indah tanamanmu
Tanah lapang luas
Menghijau tenang di kalbu
Butiran air berjatuhan
Curved Up Ribbon: Buah Karya :
Auliya Sartika       MaharaniSemerbak kesegaran
Yang tiada tara
Ditengah panas,ditengah gersang
Dunia yang kian kesakitan                                           
Indahnya suasana hatiku
Kala kupandang alam
Siboy nan permai

Namun ketika tangan-tangan jahil
Mulai mewabah
Merusak indahnya alamku
Takkan kubiarkan kau merenggut keindahan
Alam atas karunia Yang Kuasa

Wahai kawanku
Wahai orang-orang yang beriman                                              
Janganlah kau biarkan
Generasi bangsaku menangis
Diatas peneritaan bumi pertiwi
Aku harap kau berkenan
Tuk buat alam Siboy
Tersenyum manis dan lestari sepanjang masa

"Indahmu"

Detik demi detik kulewati
Langkah demi langkah kulalui
Seiring datangnya zaman modernisasi
Saat segalanya canggih
Kala hidup serba mudah



Kau....,kan slalu terkenang
Karena indahmu begitu bermakna
Melatih kawula muda tuk bertindak tepat
Lambang nyiur kelapamu kan selalu kokoh
Tak runtuh terhempas tornado
Tak jatuh tertiup angin

Lambaian semangat baktimu
Tetap ada sampai titik darah penghabisanku
Karena citra generasi bangsa
Ada digenggaman tangan sucimu

Pembawa kedamaian,pencipta karakter bangsa
Berdiri tegak dibawah naunganmu
Adalah mutiara terindah dalam hidupku
Dalam satu pramuka,satu Indonesia
Berpegang teguh pada tri satya dan dasa darma pramuka
Selamanya untuk semua,jayalah pramuka Indonesia





Cara Menggambar Karikatur

Pertama, Mau gambar apa nih? Kita persempit saja langsung bahasannya kalau kita mau gambar wajah orang, stujuuu? (harus!! :p)

Ok.. kedua, misalnya kita mau gambar karikatur wajah si A... nah!, Coba amati bagian apa yang jadi ciri khas dari wajah si A, yang nantinya akan kita lebih-lebihin (exaggerate) atau kita simpangin (distort), misalnya bagian hidung, mulut, dagu, leher, mata dll.
Liat contohnya deh, di party caricatures-nya om Court Jones atau Sebastian Krüger. Udah lihat?!! nah pelajari tuh contoh-contohnya.
...
Dibagian ini, bebasin aja kreatifitas mu, lepas no beban...
ky karikaturnya si Grigor, dia kadang ga tanggung-tanggung hiperbolanya...





Udah githu, ketiga... latihan yang banyak, asah kreatifitas dan kecepatan. Kalau udah terbiasa bisa cepet tuh menerjemahkan wajah orang buat di karikaturin. (kalau sayahh masih belajar, beneran!!)













SMPN 01 BOYOLANGU

            SMPN 01 BOYOLANGU adalah salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Tulungagung.Sekolah ini adlah salah satu sekolah ADIWIYATA yang sudah menjadi calon ADIWIYATA tingkat nasional.Semua keberhasilan dari SMPN ini merupakan hasil jerih payah dari seluruh warga sekolahnya.Yang berusaha unutk mewujudkan sekolah yang lestari untuk kehidupan masa depan anak bangsa.
            Disini aku dan teman-teman menuntut ilmu dikelas 8D.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kelas saya klik
puxaku.doc












Ya Allah_Wali

Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah

Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah

Ya Allah jangan Kau coba aku
Melebihi batas mampu dan sanggupku
Ya Allah bila memang Kau coba
Aku percaya Kau sayang padaku

Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah


Ya Allah lindungilah diriku
Dari yang menjahati menzhalimiku
Ya Allah Kaulah Maha Segala
Engkaulah pelindung hidup dan matiku

Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah

Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah Ya Rabbi
Ya Allah

Ya Allah jangan Kau coba aku
Melebihi batas mampu dan sanggupku